LPPSLH - Lembaga Penelitian dan Pengembangan Sumberdaya dan Lingkungan Hidup

Dinamika dan Perjalanan KSU Nira Satria

Penyadapan aren

Dinamika dan Perjalanan KSU Nira Satria. Membangun sebuah kelembagaan koperasi produsen gula kelapa telah dilakukan sejak tahun 90-an hingga saat ini telah melalui proses pembelajaran yang cukup lama. Latar belakang pembangunan kelembagaan produsen gula kelapa belum berhasil karena tantangan penolakan oleh tengkulak sangat kuat. Pembangunan kelembagaan koperasi dengan desain awal kelompok telah dirumuskan sejak terbangunnya kelompok pengrajin gula (KPG) pada era 90 an dan semua KPG telah bubar dan tidak lagi melanjutkan proses membangun koperasi.
Pada akhir 2008, LPPSLH melalui kerjasama dan dukungan dengan HIVOS memulai lagi untuk melakukan perubahan di komunitas produsen gula kelapa di Kabupaten Banyumas. Melalui program pertanian sebagai salah satu program di LPPSLH menyusun konsep tahapan dalam membangun kelembagaan koperasi. Pada tahap awal program didesain pendekatan melalui penguatan peran perempuan pedesaan dalam mengembangkan akses dan kontrol gula kelapa dimana kegiatan yang dilakukan lebih ke pengarusutamaan dan integrasi gender, pembangunan manajemen mutu dan pengembangan gula semut dan akses pasar. Pada awalnya dibangun organisasi ICS dengan nama ICS Niramas yang struktur organisasinya campuran antara tim program dan kader. Organisasi ini bertujuan untuk membangun sistem pengendalian mutu internal yang arahannya ke gula kelapa organik. Dalam struktur ICS Niramas dikoordinatori oleh Kukuh Haryadi yang sekaligus sebagai manajer program pertanian di LPPSLH.

Petani gula penderes
Organisasi ICS Niramas telah melakukan proses sertifikasi organik dimana yang lolos sebanyak 852 orang anggota ICS di Kabupaten Banyumas dan pertama di Jawa tengah yang berhasil melakukan sertifikasi organik dengan pemegang sertifikat yaitu CV. P3R yang merupakan salah satu unit usaha Yayasan LPPSLH. Perolehan sertifikat organik menjadi instrumen untuk membuka akses pasar gula kelapa dalam hal ini produk varian yang bernama gula semut. Inisiasi awal gula semut organik di Kabupaten Banyumas sampai saat ini telah memberikan dampak pada peningkatan kesejahteraan produsen gula kelapa.
Pada tahun 2010, dengan tujuan untuk mengefektifkan proses pengendalian mutu internal, maka dibangunlah kelompok ICS di tingkat desa. Kelompok inilah pada tahun 2011 bersepakat untuk menggabungkan diri membangun koperasi sebagai kekuatan kelembagaan ditingkat kabupaten dalam melakukan perubahan masyarakat. Koperasi ini diberi nama KSU Nira Satria yang kepengurusannya merupakan anak-anak produsen gula kelapa. Dalam perkembangannya ditahun 2012, KSU Nira Satria mulai membangun usaha perdagangan gula semut dan Simpan Pinjam. Selain itu program merumuskan konsep asuransi komunitas yang akan melakukan santunan bagi anggota yang mengalami kecelakaan dalam proses produksi gula kelapa. Pada tahu 2013, KSU Nira Satria melalui fasilitasi program telah melakukan akses pasar sendiri selain melakukan pemasaran utama ke CV. P3R. Pada tahun 2013, KSU Nira Satria Juga telah menjuarai kompetisi kewirausahaan sosial berbasis komunitas dengan penyelenggara British Council.pengurus dan pengelola koperasi nira satria

Semakin berkibarnya nama KSU Nira Satria di Kancah pengembangan komoditas gula kelapa di Indonesia telah menarik berbagai pihak dan mendukung perluasan jaringan KSU Nira Satria. Akhir 2013, melalui LPPSLH dikenalkan organisasi tani dari Belanda yang bernama Agritera yang harapaanya dapat memperkuat KSU Nira satria dari sisi yang belum dilakukan oleh LPPSLH. Model peran pendampingan yang dilakukan program pertanian LPPSLH berbeda dengan lainnya. Proses pendampingan yang dilakukan LPPSLH berawal dari inisiasi awal sampai bangunan kelembagaan dan berjalannya organisasi melalui sistem manajemen yang baik, sedangkan yang lain istilahnya mengambil peran yang lebih mudah dimana kelembagaan sudah jalan dan proses penguatan hanya sepotong-potong dan kurang intens.
Yang menjadi titik penting dalam menjaga bangunan kelembagaan koperasi yang sudah melakukan RAT tahun ke 2 “umur masih 2 tahun” melakukan pengawalan dan penguatan sistem kelembagaan koperasi. Aset koperasi yang semakin besar menjadi hal yang menggiurkan bagi berbagai kepentingan. Harapannya kelembagaan koperasi bisa tumbuh dewasa ibarat anak umur 2 tahun masih banyak mengalami kendala dan tantangan yang cukup banyak dan menjadi ujian bagi pengurus koperasi juga program pertanian LPPSLH dalam melakukan pendampingan. Koperasi sejatinya akan terwujud apabila ada partisipasi anggota dalam menguatkan kelembagaan koperasi sebagai milik anggota.

Penulis: Kukuh Haryadi (Manajer Program Pertanian)

0 Komentar

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

Situs ini menggunakan Akismet untuk mengurangi spam. Pelajari bagaimana data komentar Anda diproses.

Informasi Lainnya