LPPSLH - Lembaga Penelitian dan Pengembangan Sumberdaya dan Lingkungan Hidup

GANG SADAR: Butuh Perubahan!

Pemilihan Ketua Gang Sadar

Gang Sadar | LPPSLH – Baturraden terdiri dari 12 desa penyangga wisata Baturraden dan 6 desa terdekat dengan Gang Sadar memiliki mata pencaharian yang bergantung dari adanya gerak laju prostitusi di Gang Sadar dengan berbagai macam profesi. Mulai dari menjadi seorang pengasuh (mucikari), mengelola warga kost (pengurus paguyuban), penjaga rumah, rewang (pembantu rumah tangga kost), petugas penjaga piket, penghubung tamu, ojeg, pedagang asong, warung, hotel, tukang pijit, salon kecantikan, pengelola parkir, pengelola hiburan, koperades dan lain-lain. Juga memberikan kontribusi rutin pada warga sekitar, kecamatan, linmas, polsek, danramil sampai dengan tingkat polres berupa atensi. Maka jika dilihat fungsi dan peran Gang Sadar menjadi sangat berarti, bahkan ada ujar-ujar kalau seorang WPS di Gang Sadar menghidupi lebih dari sepuluh orang. Dan itu tidak salah.

Namun jika dilihat dari perkembangan beberapa tahun terakhir peta sosial Gang Sadar mengalami perubahan yang signifikan. Dimulai dengan tumbuhnya beberapa pusat hiburan di wilayah desa Karangmangu yang tidak jauh dari Gang Sadar, berupa diskotek dan karaoke. Yang berakibat pada perpindahan anak kost Gang Sadar menjadi anak kost freelance, yang lebih menginginkan kebebasan dan kemandirian dalam bekerja. Meskipun sangat disadari oleh WPS bahwa menjadi freelance lebih banyak resiko daripada manfaatnya ketimbang menjadi pekerja seks di Gang Sadar. Momen perpindahan anak kost Gang Sadar disambut positif oleh sedikit orang yang menyediakan tempat kost bagi mereka, namun mendapatkan reaksi perlawanan dari masyarakat. Mengingat gaya hidup dari para freelance yang sangat bebas, tidak sopan dan memberikan gambaran hidup bebas tanpa norma pada generasi muda setempat.

Perubahan besar yang kedua berasal dari internal Gang Sadar sendiri. Diawali dari kasus korupsi yang dilakukan oleh ketua Paguyuban yang kharismatik (Harry Utoyo) yang menyebabkan penurunan tingkat kepercayaan bekerja di Gang Sadar bagi anak kost. Dengan menghilangnya pak Toyo terjadi pergantian kepemimpinan, dan ketua terpilih adalah Amir Ma’ruf, mantan seksi keamanan era Pak Toyo. Disinilah awal permasalahan yang kedua, kemampuan memimpin dari seorang Amir ternyata sangat jauh bila dibandingkan dengan pendahulunya. Paguyuban Warga Kost (dahulu bernama Pondok Boro, kemudian berganti nama menjadi Pagertepi) adalah organisasi/komunitas inti dari gerak laju Gang Sadar. Menjadi ketua Paguyuban warga kost berarti harus memiliki kemampuan untuk mengorganisir warga kost, mengelola staff kepengurusan, mampu bersosialisasi dengan berbagai pihak yang saling berkepentingan di sekitar Gang Sadar, mampu menjaga jejaring dengan stakeholder, aparat hukum, muspika setempat, tokoh masyarakat dan lainnya. Sayangnya Amir lemah dalam semuanya.

Pemilihan Ketua Gang Sadar
Pada awalnya masih ditolelir oleh banyak komunitas karena masa transisi, butuh proses lama untuk selevel dengan pak Toyo. Tetapi pasca pemilihan yang ke dua, Amir juga tidak menampakkan perubahan, tidak menampakkan upaya belajar mengelola komunitas dan tidak berusaha untuk merangkul elemen komunitas lain disekitarnya. Menurut banyak pihak, Amir lebih suka mementingkan kesenangan pribadi daripada mengutamakan kepentingan banyak orang yang bergantung hidup pada Gang Sadar. Hal tersebut juga berdampak pada melemahnya aturan-aturan dari masing-masing elemen komunitas, yang jika setiap peraturan dari masing-masing elemen terlanggar maka berarti merugikan komunitas yang lain. Dan terjadilah perselisihan paham pada beberapa komunitas yang saling bersentuhan. Misalnya pengurus paguyuban dengan penghubung tamu, pengantar jasa dan RT. Yang semuanya ada di lingkaran pertama terdekat dengan WPS anak kost.

Oleh karena itu, beberapa elemen komunitas yang menyadari bahaya besar dari semua itu gerah. Sehingga mereka menginginkan sebuah perubahan yang lebih baik, perubahan untuk menjaga dan mengembalikan kejayaan Gang Sadar sebagai gantungan hidup banyak seperti dahulu. Beberapa kali upaya rekonsiliasi antar komunitas sudah dilaksanakan, tetapi belum membawa hasil yang signifikan. Semua bermula dari ketidakseriusan ketua Paguyuban untuk melakukan perubahan. Padahal semua komunitas berkomitmen untuk mendorong dan mendukung ketua paguyuban menjadi pemimpin yang baik, tegas dan amanah. Intinya menguatkan paguyuban warga kost, sebagai pilar utama. Akibat dari ketidakseriusan tersebut, beberapa komunitas yang beritikad baik menelan pil kekecewaan. Tetapi tidak patah semangat, justru semakin membara. Bahkan sempat terlontar ucapan untuk direshuffle jika tidak bisa diarahkan pada yang lebih. Karena perlu kita ingat kembali, Gang Sadar bukan milik 7 orang pengurus paguyuban warga kost. Tetapi milik belasan komunitas dan ribuan orang yang bergantung dibawahnya.

 

0 Komentar

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

Situs ini menggunakan Akismet untuk mengurangi spam. Pelajari bagaimana data komentar Anda diproses.

Informasi Lainnya