LPPSLH - Lembaga Penelitian dan Pengembangan Sumberdaya dan Lingkungan Hidup

Gula Kelapa, Lahirkan Kehidupan dan Harapan Baru Petani

gula semut lppslh

Gula Kelapa, Lahirkan Kehidupan dan Harapan Baru Petani – Dalam sebuah upaya memecahkan masalah hidup seseorang terletak pada pelakunya. Jadi tak heran jika kita menyebut bahwa kekuatan orang memiliki dampak yang sangat besar. Termasuk juga dalam upaya peningkatan kesejahteraan petani.

Kita melihat Indonesia sebagai negara agraris, banyak penduduknya bermata pencaharian sebagai petani. Namun sayangnya banyak dari petani itu justru hidup dibawah garis kemapanan. Berbeda jauh dengan para pebisnis dan tengkulangnya yang bisa hidup mewah. Meski pada kenyataannya pelaku petani langsung di sini bukanlah orang yang hanya berdiam diri dan berpangku tangan pada garis takdirnya. Orang yang dimaksud di sini adalah orang yang mau berikhtiar untuk melakukan perubahan. Dan untuk melakukan itu butuh keberanian termasuk keberanian untuk menerima suatu pendekatan baru.

Dulu, sebelum LPPSLH masuk ke ranah para produsen, penderes dan pengrajin gula hanya mengandalkan hidupnya pada belas kasih pengepul. Harga gula bisa tiba-tiba naik tetapi lebih sering harga tersebut turun. Mereka tidak bisa berbuat apa-apa kecuali meratapi nasib dan meminta agar pengepul tetap memenuhi kebutuhan hidup harian mereka, artinya hutang semakin menumpuk.

Gula Kelapa, Lahirkan Kehidupan dan Harapan Baru Petani. Ratapan nasib itu yang kemudian menggerakkan LPPSLH untuk mengupayakan lahirnya kehidupan baru bagi para produsen ini. Para pengepul ini, bagi LPPSLH generasi 90an dianggap sebagai “musuh” dari para produsen tingkat terendah (produsen) dan cara ini ditransformasikan kepada masyarakat. Tak mengherankan jika pada masa itu, para produsen melakukan perlawanan terhadap para pengepul dengan mendapatkan dukungan dari kelompok yang mereka bentuk dan juga para pegiat LPPSLH.

Sayangnya, model pendekatan ini belum mendapatkan hasil maksimal yang justru terjadi kehidupan sosiologis antar warga mengalami “perpecahan”. Dan para produsen semakin tidak mendapatkan ruang gerak dalam berusaha. Begitu pun yang dialami oleh para pegiat LPPSLH. Kerja pemberdayaan yang dilakukan LPPSLH terhambat oleh konflik-konflik yang terjadi.

Melihat titik lemah itulah, LPPSLH kemudian memperkuat proses pembelajaran. Melalui kemitraan yang dilakukan oleh LPPSLH kemudian mengadaptasi “Theory of Change” (ToC) dalam melakukan kerja pemberdayaan produsen gula kelapa.

Berdasarkan kajian atas ToC pemberdayaan produsen gula kelapa terumuskan 3 aspek penting dalam upaya pemberdayaan produsen. Ketiga aspek yang penting itu adalah: pertama, Aspek pengembangan manajemen mutu. Aspek pengembangan manajemen mutu menjadi aspek penting yang akan dijalankan sebagai upaya mendorong meningkatkan kemampuan petani gula kelapa dalam manajemen usaha gula kelapa yang lebih baik dari budidaya sampai dengan pengelolaan pasca panen. Muara besar dari aspek ini adalah terjaganya mutu produk secara baik dan tersertifikasi organiknya produk gula kelapa petani.

Kedua, Aspek pengembangan kelembagaan produsen. Aspek penting dijalankan agar petani gula kelapa sebagai produsen untuk memiliki alat dalam berperan dan memegang kendali dalam rantai nilai. Peran dan kendali dalam rantai nilai ini diharapkan akan memberikan dampak positif pada peningkatan pendapatan dan kesejahteraan petani gula kelapa. Proses penguatan aspek ini akan dijalankan melalui upaya penguatan keorganisasian internal control system (ICS) yang kemudian dikembangkan menjadi koperasi produsen gula kelapa yang akan berperan dalam pemasaran gula kelapa. Gula Kelapa, Lahirkan Kehidupan dan Harapan Baru Petani. Sehingga diharapkan koperasi produsen gula kelapa ini memiliki kemampuan dalam menjalankan akses pasar produk gula kelapa.

Ketiga, Aspek Penguatan Kapasitas Kelembagaan LPPSLH. LPPSLH sebagai lembaga yang berperan mendampingi petani gula kelapa diharapkan untuk terus menguatkan kapasitas kelembagaan melalui peningkatan kapasitas staf program dan penguatan kelembagaan Akses Pasar (P3R). Peningkatan kapasitas staf kelembagaan menjadi penting agar performance dalam mendampingi petani gula kelapa akan lebih baik dan memberikan dampak yang nyata terhadap penerima manfaat langsung maupun tidak langsung. Harapan ke depan sebagai wujud keberlanjutan kelembagaan, staf LPPSLH yang sudah dapat meningkat kapasitasnya akan bermanfaat untuk kegiatan pendampingan lain sebagai expert yang akan digunakan jasanya oleh stakeholder lain terutama kelembagaan petani gula kelapa.

0 Komentar

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

Situs ini menggunakan Akismet untuk mengurangi spam. Pelajari bagaimana data komentar Anda diproses.

Informasi Lainnya