Kasri, Wanita Perkasa Penopang Hidup Keluarga

Kasri Perempuan Penopang Keluarga

Dalam melakukan pendampingan terhadap masyarakat tidak jarang kita menemukan hal-hal yang mampu membuat kita terharu, bangga, dan bersyukur atas keberadaan kita saat ini. Salah satu pengalaman pendampingan yang akan saya ceritakan di sini adalah pengalaman yang membuat saya bersyukur atas kehidupan, kisah ini terinspirasi dari sosok perempuan desa bernama Kasri.
Sekitar satu tahun yang lalu saya bergabung di program PUK (Pengembangan Usaha Kecil-Mikro), dimana salah satu daerah dampingannya adalah Kabupaten Blora. Jarak tempuh yang memakan waktu hingga 11 jam dengan medan yang cukup ekstrim tak membuat kami mengeluh. Setelah sekian jam perjalanan maka tibalah kami di desa Blumbangrejo, dimana daerah ini merupakan salah satu desa di kecamatan Kunduran. Desanya cukup asri dengan persawahan yang menghampar luas, kebanyakan penduduk yang tinggal di desa adalah para orangtua, perempuan dan anak-anak.

Lalu yang menjadi pertanyaan adalah kemana kaum bapak dan pemuda? Ternyata oh ternyata.. menurut informasi masyarakat bahwa kebanyakan kaum bapak dan pemuda di desa ini merantau ke luar kota, diantaranya Jakarta, Surabaya dan Semarang. Ironisnya mereka meninggalkan anak istri dan tanah pertanian mereka demi bekerja di pabrik-pabrik. Sehingga urusan ternak, sawah dan anak dipercayakan kepada istri.
Kasri Perempuan Penopang KeluargaSalah satu perempuan yang yang suaminya ikut merantau adalah ibu Kasri, beliau mempunyai dua (2) orang anak satu lelaki dan yang satu perempuan. Anak lelakinya kini sudah bekerja di pabrik plastik di Surabaya sedangkan anak perempuannya masih kelas 3 SMP, disamping mengasuh dua orang anaknya Kasri juga menghidupi ibunya yang sudah renta dan pikun. Kesehariannya disamping mengurus rumah tangga, beliau juga mempunyai tanggung jawab lain yaitu memelihara ternak dan mengurus sawah. Hampir setiap rumah di Blumbangrejo memiliki ternak sapi, karena sapi dinilai sebagai tabungan jangka panjang. Dalam menjalani kesehariannya Kasri tidak pernah mengeluh, beberapa tahun terakhir ini suaminya jarang pulang dan ada indikasi suaminya telah menikah dengan perempuan idaman lain. Meskipun demikian, saat sang suami pulang Kasri tetap menjalin komunikasi dengan baik dan tidak menyinggung kenapa suami jarang pulang.
Tanggungjawab sebagai ibu membuat Kasri tegar menjalani kehidupannya, demi menyekolahkan anaknya Kasri berusaha banting tulang mengumpulkan rupiah demi rupiah. Kegiatan hariannya diawali dengan mengurus sapi, mengeluarkan sapi dari dalam rumah untuk ditempatkan di kandang luar rumah, membersihkan kandang, memberi makan dan membuat perapian untuk mengusir nyamuk. Setelah itu Kasri membuat sarapan pagi untuk keluarga, khususnya sarapan untuk anak yang mau berangkat sekolah. Setelah itu Kasri berangkat ke sawah, untuk urusan pertanian Kasri sangat mahir bahkan untuk sekelas pekerjaan lelaki pun beliau mampu mengerjakan baik mencangkul, membuat lahan untuk menebar benih, menjalankan traktor, ndaut/mencabut benih untuk ditanam, menyemprot hama dan memanen hasil pertaniannya ia bisa kerjakan. Alasan mendasar kenapa ia menjadi terampil adalah karena bila semua pekerjaan pertanian dikerjakan dengan mempekerjakan orang maka akan semakin besar biaya yang dikeluarkan. Disisi lain sepulang dari sawah, ia pun menyempatkan diri dengan mencari rumput untuk pakan ternak, itulah kegiatan yang rutin setiap hari Kasri kerjakan. Kata Kasri, dengan kesemangatan pekerjaan sesulit apa pun akan menjadi lebih mudah dan bersyukur adalah kunci kebahagiaan. Sungguh Kasri perempuan perkasa penopang hidup keluarga.
Dari pengalaman ini membuat saya bersyukur atas kehidupan, dan menjadi pelajaran penting bahwa semangat dan pantang menyerah serta mempunyai harapan hidup adalah obat kuat dalam menjalani kehidupan ini. Terima kasih…….

 

Tinggalkan Balasan

Your email address will not be published. Required fields are marked *

Post comment