Perempuan dan Rerantai Ekonomi Keluarga

Ibu rumah tangga membuat olahan pangan untuk memenuhi kebutuhan gizi keluarga

Dalam rerantai produksi dan konsumsi, sebenarnya tidak ada manusia yang berperan menjadi produsen ansih. Bila seorang ibu rumah tangga membuat olahan pangan untuk memenuhi kebutuhan gizi keluarga, maka dia disebut sebagai produsen. Bahwa produk yang dia hasilkan tidak lantas menghasilkan uang, tetapi dengan olahan pangan yang diproduksi oleh dapur sendiri, setidaknya dapat meminimalisir penggunaan tunai dalam rumah tangganya. Apa lagi jika bahan baku dan sumber energi yang dipergunakan untuk membuat olahan pangan tersebut berasal dari kebun atau sawah sendiri, bisa dipastikan penggunaan tunai rumah tangga akan lebih minimum lagi. Atau setidaknya, peran keluarga sebagai konsumen produk olahan pangan dapat dikurangi, karena mereka mampu memproduksi sendiri di dapur keluarga.

Ibu rumah tangga membuat olahan pangan untuk memenuhi kebutuhan gizi keluarga

Ibu rumah tangga membuat olahan pangan untuk memenuhi kebutuhan gizi keluarga

Sayang sekali, gagasan ini tidak bisa sepenuhnya diaplikasikan dalam rumah tangga yang tinggal di perkotaan. Sempitnya lahan pekarangan untuk budi daya tanaman pangan, lemahnya pemahaman masyarakat akan pentingnya keberlanjutan hidup keluarga, menguatnya budaya konsumtif masyarakat, menjadi tantangan tersendiri bagi ketahanan ekonomi keluarga di perkotaan. Tidak bisa dinafikkan, bahwa bahan baku untuk olahan pangan hampir sepenuhnya berasal dari hasil pertanian di desa. karenamya desa harus terus mengembangan berbagai tanaman pangan untuk mendukung keberlangsungan penghidupan di desa dan kota.

Tingginya harga bahan baku dari hasil pertanian, semakin memperkuat persoalan ekonomi masyarakat di perkotaan, terutama menyangkut pemenuhan kebutuhan pokok keluarga. Maraknya tayangan promosi makanan cepat saji dan berbagai camilan sampah, menjadi salah satu bukti lemahnya kontrol pemerintah terhadap perlindungan hak dasar warganegaranya.

.
Industri olahan pangan merupakan rerantai ekonomi yang tidak dapat dipisahkan dari perempuan usaha mikro. Produk camilan khas Indonesia yang bernilai gizi tinggi, sebagian besar dihasilkan oleh tangan-tangan kreatif perempuan, baik dalam skala rumah tangga maupun pabrikan. Tidak jarang para perempuan produsen olahan pangan skala rumah tangga menjadi penentu keberlanjutan ekonomi keluarga. Mengapa demikian?

Karena keberlanjutan hidup keluarga perempuan usaha mikro bergantung pada produktivitas ekonomi yang dilakoninya. Dan produktivitas ekonomi perempuan usaha mikro yang memproduksi olahan pangan tidak bisa berlanjut apabila pasokan bahan bakunya tidak terjamin. Artinya keberlanjutan usaha, kelangsungan hidup keluarga dan keselamatan alam tidak dapat berdiri sendiri. Ketiga aspek tersebut haruslah diurus dengan seksama, sehingga manfaatnya dapat dirasakan secara riil oleh seluruh pihak yang terlibat dalam dinamika produksi dan konsumsi rumah tangga..

Penulis : Yuliana Desi P. (Manajer Program PUK-M)

padahal perempuan merupakan tulang punggung ketahanan pangan keluarga. Pangan keluarga biasanya diatur oleh perempuan. perempuan di pedesaan biasanya memanfaatkan lahan pekarangan disekitar mereka untuk di tanamani tanaman pangan.  hal ini merupakan strategi adaptasi dan bertahan hidup mereka untuk mengatasi tingginya biaya hidup. 

tanaman pangan yang sering dibudidayakan oleh kaum perempuan adalah tanaman palawija.  

Palawija sendiri menjadi pilihan bagi banyak petani untuk ditanam pada lahan persawahan atau di ladang. Dengan menanam palawija, maka masyarakat dapat memenuhi kebutuhan hidupnya dengan baik.

Bahkan di beberapa daerah yang tidak bisa tumbuh padi dengan baik, menanam palawija adalah pilihan utama untuk memenuhi kebutuhan pangan sehari-hari.

Tinggalkan Balasan

Your email address will not be published. Required fields are marked *

Post comment