Generasi Muda Pedesaan

International Labor Organization (ILO) menetapkan usia 15-24 tahun sebagai kelompok ‘youth’. Yang dimaksudkan ‘pemuda’ dalam penelitian ini sendiri adalah generasi yang meneruskan kelangsungan pertanian, yang merupakan penunjukan dan pengakuan masyarakat setempat atas siapa yang masuk ke dalam kategori ‘pemuda generasi penerus’ pertanian. Dari penunjukan dan pengakuan masyarakat itulah, kategori lokal berdasarkan umur untuk pemuda akan ditentukan.

Program-program intervensi untuk pemuda, umumnya dirancang untuk mengatasi berbagai risiko tekanan ekonomi global seperti pengangguran, ancaman kesehatan seperti HIV, dan, trafficking, buruh migran illegal. Program-program yang dikembangkan pada intinya bersifat menciptakan lingkungan yang memungkinkan (enabling environment) penduduk desa, khususnya pemuda agar lebih produktif di desa dan tidak bermigrasi ke kota. Beberapa program penciptaan lingkungan yang memungkinkan itu diantaranya adalah; meningkatkan akses petani kepada kredit pertanian, akses kepada pemasaran, teknologi, penguasaan lahan dan sumber daya lain, pengorganisasian masyarakat, dan sebagainya.

Bagaimanapun juga desa merupakan sumber penghidupan bagi semua pihak. baik yang hidup di perkotaan maupun pedesaan. Desa memiliki tanah kaya akan sumber daya pertanian. selain pertanian, wilayah pedesaan juga merupakan pusat perkembangan peternakan dan perkebunan. Berbagai tanaman pangan seperti Palawija, Sayuran, Padi, juga berbagai buah buahan seperti buah tin, buah naga dan buah buahan lainnya semua disupply dari pedesaan. Itu lah pentingnya pengembangan wilayah pedesaan.

Beberapa program ditujukan untuk mengelola aliran uang yang keluar masuk ke pedesaan lewat para migran (remiten) agar dana itu bisa dimanfaatkan secara efektif untuk pembangunan pedesaan. Program yang mentarget anak muda itu memiliki asumsi bahwa pemberdayaan generasi muda desa merupakan jawaban untuk pembangunan jangka menengah dan panjang khususnya untuk menjamin ketahanan pangan.

Program intervensi mengenai migrasi dan generasi muda di desa tampaknya hanya menjadi perhatian lembaga-lembaga asing. Intinya berusaha untuk tetap mempertahankan produktivitas pedesaan dengan salah satunya, mencegah anak muda pergi ke kota. termasuk program pengembangan pertanian, peternakan dan perkebunan. berbagai komoditi dikembangkan di wilayah pedesaan, termasuk gula kelapa dan buah buahan yang berorietnasi pada pasar eksport. demikian juga dengan sektor peternakan dan perkebunan.

Salah satu pandangan mengapa lembaga-lembaga ini tetap ingin menjaga produktivitas di desa adalah karena lembaga-lembaga asing berorientasi kepada kepentingan ekonomi global, seperti memastikan ketersediaan pangan dunia, obatan-obatan dari alam, dan produktivitas tenaga kerja untuk terus menjalankan roda ekonomi. karenanya desa didorong untuk terus menyediakan tanaman pangan bagi masyarakat dunia.

Pandangan ini bisa jadi merupakan pandangan eksploitatif, yang menempatkan desa dan masyarakatnya sebagai produsen yang hendak tetap dipertahankan sebagai penyuplai bahan makanan untuk orang-orang kota, yang sekaligus diatur geraknya oleh orang kota dan pembuat kebijakan serta pemilik modal.

Padahal desa merupakan bagian penting dari ekosistem masyarakat secara keseluruhan. baik yang tinggal di desa ataupun di kota. meningkatnya harga berbagai tanaman pangan, harga buah buahan dan bahan pertanian lainnya secara otomatis akan berdampak pada masyarakat perkotaan.

dengan demikian penting untuk menjaga kelestarian pertanian di pedesaan. bagaimana mengelola berbagai tanaman yang tumbuh di pedesaan dapat dilihat di website berikut

4 Komentar

  1. masa depan pertanian tetap ada harapan.. apalagi kini telah hadir orang-orang muda yang bergiat sebagai generasi penerus kelangsungan pertanian di negeri kita tepatnya di Purwokerto dan telah memulai dari komoditas pangan gula kelapa…

    • kenapa harus dari gula kelapa mbak?
      kenapa tidak dari sektor pertanian dulu apalagi kalau para petani daerah banyumas sudah siap dengan produk organik, saya pernah ke desa sekitar baturaden sampai dengan curug ceheng. daerah yang cukup bagus dan memiliki potensi besar jika dikelola sebagao area pertanian organik.
      bagaimana menurut mbak?
      terima kasih.

      salam.

  2. Ya, setidaknya kita juga ikut memastikan bahwa ketersediaan pangan lokal cukup stabil bagi masyarakat Indonesia. Akan jadi ironic, ketika negara kita yang konon agraris habis-habisan ekspor komoditi pertanian tapi untuk menikmati satu kerat tahu/tempe saja bahan bakunya harus impor.

  3. Salut untuk anda yang peduli dengan kondisi pertanian negeri ini.
    Bagaimana untuk memulai dan memberikan motivasi para petani agar tidak impor dapat sedikit demi sedikit berkurang?
    Ada ide?

    terima kasih dan salam kenal.
    R. Gama AD

Tinggalkan Balasan

Your email address will not be published. Required fields are marked *

Post comment