Terdapat beberapa agenda kegiatan yang dapat ikuti selama bulan Juli yang lalu, diantaranya adalah: kegiatan pelatihan System Building Approach (SBA), yaitu pelatihan perlindungan anak dalam rangka persiapan kabupaten Banyumas sebagai kota layak anak. Kegiatan ini diselenggarakan oleh BP3AKB Propinsi Jawa Tengah yang bekerjasama dengan BAPPERMAS Kabupaten Banyumas. Kegiatan ini berlangsung selama empat (4) hari yaitu dari tanggal 1-4 Juli 2013 di Rumah Makan Kratonan. Kegiatan ini diikuti oleh beberapa instansi diantaranya adalah Bappeda, dinas kesehatan, dinas sosial, dinas pendidikan, kejaksaan, kepolisian dan LSM. Tujuan dari kegiatan ini adalah upaya mensinergikan pandangan dalam rangka mempersiapkan perangkat-perangkat teknis dan non teknis dalam mempersiapkan Kabupaten Banyumas sebagai kota layak anak.
Selanjutnya pada tanggal 11 Juli 2013 saya meluncur ke desa Binangun dan Pengalusan untuk koordinasi persiapan kegiatan supervisi. Di sana saya menemui beberapa kader perempuan yang ikut dalam kegiatan pemberdayaan perempuan, diantara kawan-kawan yang saya kunjungi adalah ibu Elin beliau merupakan koordinator kegiatan Kecamatan Mrebet Kabupaten Purbalingga. Beliau adalah pelaku usaha kecil yang mempunyai toko sembako di rumah. Selain sebagai pelaku usaha kecil, ibu Elin juga aktif dalam kegiatan yang ada di desa diantaranya adalah: aktif dalam kegiatan PMPN, PAMSIMAS dan PKK desa Pengalusan. Setelah itu saya berkunjung ke rumah ibu Purwati, ia merupakan istri seorang penderes yang ikut tergabung dalam koperasi Nira Perwira. Meskipun hanya seorang pengindel dan lulusan SMP ibu Purwati sangat antusias dalam mengikuti kegiatan pemberdayaan perempuan, hanya saja ia masih merasa minder karena jarang berbicara di muka umum. Setelah itu saya menuju rumah ibu Sulastri yang merupakan istri Kadus Binangun dan dalam kelompok ia bersedia menjadi bendahara, beliau sangat bersemangat dalam menanggapi kegiatan pemberdayaan perempuan yang diselenggarakan oleh pemerintah propinsi. Beliau sangat ingin mengembangkan usaha kecil bersama kader perempuan yang lain agar perempuan bisa mandiri dan menambah ekonomi keluarga.
Hari pun mendung menandakan akan segera turun hujan, saya pun bergegas ke rumah pak Kepala Desa yaitu Bapak Maksum untuk memberitahukan bahwasannya tanggal 13 Juli akan diselenggarakan kegiatan supervisi di Balai Desa Binangun. Kepala Desa pun mempersilakan dengan senang hati, dan menaruh harapan agar warganya dapat menambah pengetahuan. Sebelum naik ke dukuh Jumbleng saya mampir dulu ke rumah ibu Mahiroh, beliau adalah kader Binangun yang juga menjabat sebagai BPD dan aktif di kegiatan desa, di sisi lain ia juga seorang pengepul gula kelapa. Hujan pun turun dengan derasnya tapi saya masih ada satu kader yang harus saya kunjungi yaitu ibu Robiyati, beliau merupakan istri dari Kaur Kesra yaitu bapak Priyo Anggoro yang berada di desa Jumbleng. Daerahnya cukup tinggi karena berada dibawah lereng gunung Slamet dan sangat dekat dengan hutan atau orang sekitar menyebutnya luwung. Banyak dari penduduk sekitar yang mata pencahariannya dari luwung yaitu ikut menggarap tanah milik perhutani untuk ditanami beberapa sumber makanan pokok. Agar lebih akrab dengan kader maka sore itu saya memutuskan untuk menginap di Rumah ibu Robiyati, di sana pun saya ikut serta dalam kegiatan pengajian Tariqat Qadiriyah wa Naqsabandiyah yang guru besarnya adalah Abah Anom dari Suryalaya-Tasikmalaya dan setiap Kamis dan Jum’at ada kegiatan rutin yang diasuh oleh Ustad Nur Kholis dari pondok Pesantren Al-Mujahadah Pager Andong-Mrebet.
Hari sabtunya yaitu tanggal 13 Juli 2013 kegiatan supervisi pun dilaksanakan, tujuan dari kegiatan ini adalah melihat seberapa jauh kader dalam menyerap materi pelatihan need assessment beberapa waktu yang lalu. Hasilnya adalah, hampir semua kader dapat mengambil manfaat dari pelatihan yang lalu. Beragam pendapat yang terlontar dari mereka, diantaranya adalah: 1). Dapat mengetahui potensi dan kekurangan yang ada di desa masing masing-masing. 2). Membantu mereka dalam memperluas pengetahuan tentang pembangunan desa yang mengarah pada kesejahteraan masyarakat. 3). Memperhatikan kepedulian terhadap persoalan perempuan dan anak. 4). Perempuan mampu bersaing dengan laki-laki dalam berbagai hal. Melalui kegiatan ini dapat dilihat betapa besar harapan kaum perempuan desa Bunangun dan Pengalusan dalam membangun ekonomi keluarga maupun desanya dan berani bermitra dengan kaum laki-laki untuk membangun kesejahteraan bersama.
Untuk lebih menguatkan sinergitas antar program pertanian dan PUK di desa Pengalusan dan Binangun, maka tanggal 16 Juli 2013 saya dan mas Afit datang ke kantor Balai Desa Pengalusan untuk koordinasi terkait dengan pelebaran sayap daerah dampingan program pertanian. Setelah disana bertemu dengan beberapa perangkat desa, diantaranya adalah sekdes pengalusan yang kebetulan adalah pengepul gula kelapa di desa Pengalusan. Dari perbincangan itu maka terjalinlah komunikasi bahwasannya program pertanian akan mengadakan sosialisasi tentang peningkatan kualitas produksi gula kelapa dengan penderes desa Pengalusan khususnya dukuh biting. Kemudian pada tanggal 20 juli 2013 sesuai informasi dari sekdes bahwasannya setiap Sabtu ada kelompok pengajian ibu-ibu dan itu bisa dijadikan media pertemuan dengan kader perempuan. Dalam pertemuan dengan jamaah pengajian setuan saya diberi kesempatan untuk menyampaikan maksud dan tujuan kegiatan pemberdayaan perempuan yang diselenggarakan oleh BP3AKB propinsi. Dalam pertemuan tersebut saya mengharap dukungan semua elemen khususnya perempuan untuk mendukung kader yang ikut serta dalam pelatihan pemberdayaan perempuan. Hal itu pun di amini oleh bapak Haryanto selaku kaur kesra desa Pengalusan yang saat itu bertindak sebagai pengasuh sekaligus penceramah dalam pengajian setuan tersebut.
Kemudian pada tanggal 18 Juli 2013, saya dan mbak Yuliana bergerak ke kantor Disperindagkop Kabupaten Purbalingga untuk menyampaikan secara langsung surat dari Kementerian Koperasi & UKM terkait dengan pendampingan manajemen pasar Bobotsari. Setelah menyampaikan surat, kami pun bergegas ke pasar Bobotsari untuk melihat secara langsung proses pembangunan pasar. Kami juga langsung bertemu dengan para pedagang yang terkena dampak dari relokasi pembangunan pasar Bobotsari. Mereka mengungkapkan banyak mengalami kerugian karena akibat pembangunan pasar tersebut. Uji petik omzet pun saya lakukan kepada beberapa pedagang yang berada di shelter-shelter relokasi pada tanggal 25 Juli 2013. Banyak pedagang yang sepi pembeli karena kehilangan pelanggan, diantaranya adalah pedagang sayur, bumbon, baju dan grabadan. Kalaupun ada pembeli hanya pembeli eceran bukan kulakan. Seperti pedagang sayur biasa menjual kobis sampai 3 karung yaitu 1,5 kuintal sekarang hanya mampu menjual 50 kg itu pun sampai dua hari, pedagang ayam potong yang biasa bisa menjual sampai 2 kuintal kini hanya mampu 50 kg itu pun 2 hari belum habis. Akan tetapi lain cerita dengan pedagang buah, mereka mengalami kebanjiran pembeli, jeruk yang biasa hanya 3 peti sekarang mampu menjual 50 peti dan untuk melon dalam sehari mampu menjual 1 kuintal dan itu pun sampai kekurangan stok barang.
Selanjutnya adalah terkait dengan bulan Ramadhan maka banyak kegiatan yang diagendakan oleh lembaga untuk mengisi bulan suci, diantaranya adalah buka puasa bersama anggota JAPPUKMAS di Jatilawang, pesantren Ramadhan sekaligus buka bersama, Sahur on the Road, kegiatan Nuzulul Quran di desa Rancamaya dan persiapan halal bihalal keluarga besar LPPSLH.
Penulis : Afrizal Fadli Azizi (Staf Program PUK-M)