Lindungi Diri, Keluarga, dan Lingkungan dari Ancaman Chikungunya

chikungunya

LPPSLH – Hal kecil seringkali diabaikan, tak dipedulikan, bahkan dianggap sepele. Begitu juga dengan nyamuk. Dari sekian banyak binatang yang menularkan penyakit. Nyamuk merupakan salah satu binatang kecil yang mampu menimbulkan ancaman besar bagi kesehatan manusia. Dengan penularan yang cukup mudah dan cepat, nyamuk mampu menghadirkan wabah penyakit di tengah-tengah masyarakat. Terlebih saat musim penghujan tiba seperti saat ini, perkembangbiakan nyamuk seolah berada pada masa puncaknya. Apalagi dengan kebiasaan masyarakat untuk menjaga kebersihan, yang hingga saat ini harus selalu diingatkan. Lihat saja berapa banyak kemasan makanan bertuliskan “Buanglah Sampah Pada Tempatnya”. Sungguh sangat memprihatinkan.
Melihat keprihatinan itu, maka tak heran jika Hari Kesehatan Dunia yang diperingati setiap tanggal 7 April kali ini mengangkat tema mengenai vector borne, dimana nyamuk merupakan salah satu media penularan penyakit yang cukup berbahaya. Terlebih di Indonesia yang tak lain adalah satu Negara beriklim tropis yang sangat digemari oleh nyamuk untuk berkembangbiak, dan akhirnya menimbulkan wabah penyakit.

Hal-hal kecil yang saling berkaitan dan menimbulkan sebab akibat inilah yang kini harus diperhatikan sejak dini. Jangan setelah ada epidemic atau wabah baru kita beramai-ramai melakukan penanggulangan.
Seperti yang terjadi di akhir tahun 2013 kemarin dan akhirnya berlanjut pada awal tahun 2014 hingga saat ini. Wabah Chikungunya telah melanda beberapa daerah di Indonesia, khususnya di Pulau Jawa. Kecamatan Purbalingga, Majenang, dan juga Depok tercatat menjadi epidemik Chikungunya, dengan jumlah penderita lebih dari 500 orang. Dengan rata-rata penyebarannya adalah dari satu rumah ke rumah lainnya, dari satu RT ke RT lainnya, dan dari satu komplek perumahan menyebrang ke komplek perumahan lainnya. Tak heran, karena Chikungunya ini merupakan penyakit yang penularannya sangat mudah.

chikungunyaAdapun Chikungunya ini tak lain adalah penyakit yang seringkali mewabah di suatu daerah yang disebabkan oleh virus Togaviridae atau Genus Alphavirus yang berasal dari nyamuk Aedes Aegepty dan juga Aedes Albopictus. Dan kedua nyamuk ini jugalah yang menularkan penyakit Demam Berdarah Dengue atau kita menyingkatnya DBD. Meski sama penularnya, namun Chikungunya tak seganas DBD yang dapat menyebabkan kematian pada penderitanya. Tapi tak dapat pula dianggap enteng, karena Chikungunya juga dapat menghambat aktivitas dan produktivitas penderitanya.
Namun sayangnya, para penderita Chikungunya ini cukup sulit untuk didata, karena sebagian besar pendeteksian Chikungunya hanya berdasarkan gejala klinisnya saja. Misalnya dari gejala sakit pada persendian dan otot, mual, demam, sakit perut, maka akan diidentifikasi sebagai gejala Chikungunya, tanpa melakukan tes di laboratorium. Dan sebagian besar penderita Chikungunya hanya diberikan obat pereda pegal-pegal, beristirahat, dan sembuh dengan sendirinya. Hal itu dilakukan mengingat hingga saat ini memang belum ada obat khusus untuk penderita Chikungunya, dan virus Chikungunya memang termasuk dalam virus yang dapat hilang dengan sendirinya jika si penderita mengkonsumsi obat –obat pereda gejala, istirahat cukup, dan mengkonsumsi makanan bergizi. Meskipun rasa nyeri akan tetap dirasakan dalam hitungan minggu.

Namun, apakah hal itu akan benar-benar cukup?

Chikungunya dan kawan-kawannya itu tak bisa begitu saja diusir. Upaya peningkatan kesadaran masyarakat akan kebersihan dan lingkungannya itu lah yang terpenting agar vector borne disease tak muncul kembali.
Hal itu pun dapat kita lakukan bersama-sama, mulai dari diri sendiri, dan juga menerapkan system di masyarakat. Karena tak jarang jika satu keluarga sudah menjaga kebersihan dan tidak ada nyamuk yang berkembangbiak, akan tetapi tetangga sebelahnya jorok dan akhirnya menderita salah satu penyakit yang disebabkan oleh vector nyamuk. Maka tak menutup kesempatan untuk keluarga sebelahnya yang bersih itu akhirnya tertular virus penyakit tersebut.
Kerja bakti, mungkin menjadi satu system yang sudah kita kenal di masyarakat Indonesia. Tapi kali ini mari kita coba untuk menggalakan kerja bakti yang berpedoman pada kaum ibu, dimana para ibu ini lah yang berperan penting dalam kehidupan sehari-hari. Mereka sosok yang lebih tahu tentang keadaan lingkungannya ketimbang para bapak yang setiap harinya menghabiskan waktu dengan pekerjaannya, dan mendapatkan informasi seputar kabar di lingkungannya dari sang istri. Misalnya saja, seorang ibu akan lebih peduli dan lebih tahu jika ada tetangga X yang sakit, baik itu Chikungunya yang dapat menular, atau pun penyakit lain yang menarik perhatian. Maka sosok ibu ini tentunya akan berupaya melakukan pencegahan sejak dini, setidaknya untuk melindungi keluarganya, dan selebihnya bapak-bapak lah yang bergerak melakukan kerja bakti dengan ibu-ibu sebagai motor penggeraknya. Dan upaya nyata ini juga akan membuat para bapak lebih bersemangat untuk kerja bakti.
Nah, karena hal itulah maka sangat penting untuk meningkatkan kesadaran masyarakat dalam menjaga kebersihan lingkungan guna mencegah perkembangbiakan nyamuk Aedes Aegypti. Mencoba menghilangkan kebiasaan membuang sampah sembarangan yang hingga saat ini sudah mendarah daging, karena jelas jika lingkungan yang bersih tentunya tidak akan memberi kesempatan kepada vector nyamuk yang kecil dan sangat berbahaya ini untuk berkembangbiak, apalagi menyebarkan virus kepada masyarakat. Yuk, lindungi diri sendiri, keluarga, dan lingkungan kita dari Chikungunya serta bahaya dan ancaman virus yang disebarkan oleh nyamuk.

Tinggalkan Balasan

Your email address will not be published. Required fields are marked *

Post comment