www.lppslh.or.id – LPPSLH Bangun Kepekaan dan Kesetaraan Gender Melalui Capacity Building. Senin (09/04/2018), Selama dua hari kedepan LPPSLH menyelenggarakan training membangun Kepekaan Gender yang akan dilaksanakan selama dua hari. Training ini mendatangkan langsung pegiat dan aktivis Gender kawakan dari Yayasan Kalyanamitra Jakarta.
Penting untuk kita mengetahui dan semakin sadar akan kesetaraan gender
Miris nggak sih kalian kalo masih ada yang bilang “Perempuan tak perlu bersekolah tinggi tinggi, toh juga mereka akan berakhir di dapur”, atau mungkin ada yang bilang “Laki-laki kok nggak kerja, mau jadi apa, malu-maluin”.
Yah, setidaknya kalimat-kalimat di atas hanya akan menjadi beban, hanya akan menambah kuatnya ketidakadilan gender yang saat ini sudah tertanam dengan kuat di tengah masyarakat kita.
Stigma, streotipe, marginalisasi, mungkin hanya sebagian hal yang terjadi karena ketidaksetaraan gender di dunia ini. Pelanggengan stereotipe yang tak 100% benar seolah sulit untuk dihapuskan. Gender ini bukan mengenai laki-laki atau perempuan saja, tapi mencakup keduanya.
Pada dasarnya akar permasalahan dari ketidakadilan gender adalah seputar Paradigma misoginis dan patriakhi, sistem hukum yang meliputi substansi budaya dan hukum, tafsiran ajaran agama yang bias gender, serta sistem ekonomi yang kapitalis dan neolib.
Kesetaraan gender pada dasarnya merupakan salah satu hak asasi yang berlaku bagi seluruh umat manusia. Hak manusia untuk hidup secara terhormat, bebas dari rasa ketakutan dan juga bebas menentukan pilihan hidup tidak hanya diperuntukan bagi para laki-laki, perempuan pun mempunyai hak yang sama pada hakikatnya. Sayangnya sampai saat ini, perempuan seringkali dianggap lemah dan hanya menjadi sosok pelengkap. Terlebih lagi adanya pola berpikir bahwa peran perempuan hanya sebatas bekerja di dapur, sumur, mengurus keluarga, suami dan juga anak, sehingga pada akhirnya hal di luar itu menjadi tidak penting.
Sosok perempuan yang berprestasi dan bisa menyeimbangkan antara keluarga dan karir menjadi sangat langka ditemukan. Perempuan seringkali takut untuk berkarir karena tuntutan perannya sebagai ibu rumah tangga dank arena sejak kecil sudah dicekoki berbagai doktrin mengenai posisi perempuan dan posisi laki-laki di tengah masyarakat.