Workshop Peningkatan Kapasitas Petani Gula Kelapa dan Aren di Banjarnegara
Pelaksanaan program penguatan petani gula kelapa di Kabupaten Banjarnegara pasca MoU antara LPPSLH, Hivos dan Pemkab Banjarnegara memberikan semangat Pemda untuk turut berpartisipasi dalam program tersebut. Hal tersebut telah direalisasikan dengan melakukan kerjasama untuk menguatkan program yang memang belum didukung oleh kegiatan yang ada dalam kerangka program antara LPPSLH dan Hivos. Kegiatan yang dikerjasamakan antara Pemkab dan LPPSLH adalah pengadaan workshop yang didanai oleh APBD melalui Bappeda Banjarnegara. Pelaksanaan kegiatan sudah disepakati dengan tempat penyelenggaraan di 3 Kecamatan Wilayah Sasaran dampingan LPPSLH yaitu Kecamatan Susukan, Mandiraja dan Pandanarum. Kecamatan Susukan dan Mandiraja merupakan basis petani gula kelapa sedangkan Kecamatan Pandanarum merupakan basis Petani Gula Aren. Pelaksanaan kegiatan Workshop sudah dilakukan selama bulan Juni 2013 dengan kegiatan pertama dilaksanakan di Kecamatan Susukan, kedua di Kecamatan Mandiraja dan ketiga di Kecamatan Pandanarum. Materi yang diberikan antara lain tentang penguatan kelompok, manajemen koperasi, keamanan pangan dan budidaya aren. Kegiatan ini sangat bermanfaat dalam penguatan program yang antara lain meningkatnya kapasitas petani dalam berorganisasi, membangun sistem penjaminan mutu dan keamanan pangan dan cara budidaya kebun organik. Dengan dukungan pemerintah daerah Kabupaten Banjarnegara telah memberikan semangat pada koperasi maupun kelompok yang sudah dibentuk untuk terus melakukan kegiatan program di wilayahnya masing-masing. Selama bulan Juni juga telah dilakukan tahapan kegiatan sesuai dengan rencana tindak lanjut yang sudah disepakati pada waktu workshop. Seperti di Desa Kabanaran Kecamatan Mandiraja telah dilakukan pertemuan kelompok sebagai media belajar bersama, praktek pembuatan gula semut dan petani disana mengharapkan ada dukungan peralatan untuk melakukan praktek pembuatan gula semut. Pada awal sosialisasi program memang telah didukung 12 paket peralatan pembuatan gula semut, hanya saja kurang aktifnya anggota kelompok dalam membuat gula semut maka peralatan tersebut dialihkan ke Desa Somawangi. Kondisi sekarang semangat mereka lebih baik untuk berkelompok dan mengembangkan varian produk sekaligus meningkatkan mutunya. Pasca kegiatan workshop ini Bappeda juga telah menyiapkan 20 paket dapur sehat dan tungku hemat bahan bakar sebagai pilot model yang alokasinya sudah disepakati di setiap wilayah antara lain :
1. Gumelem Kulon sebanyak 4 Paket
2. Gumelem Wetan sebanyak 6 Paket
3. Kabanaran sebanyak 3 Paket
4. Somawangi sebanyak 3 Paket
5. Pandanarum sebanyak 4 Paket
Dari 20 paket diharapkan di tiap desa ada 1 paket yang dibangun sebagus mungkin dapur sehat dan tungkunya yang itu sebagai media belajar kelompok dan memenuhi persyaratan antara lain :
1. Produksi gula semutnya grade A
2. Kapasitas produksinya banyak
3. Aktif dalam kelompok dan koperasi
4. Akses jalan mudah
5. Pemiliknya komunikatif
6. Terdapat MCK dan sanitasinya baik
Fasilitasi Pemasaran untuk Koperasi Nira Satria Kabupaten Banyumas
Kondisi produksi dan pemasaran gula semut di Kabupaten Banyumas memiliki beberapa permasalahan yang harus segera ditangani. Melonjaknya produksi dan keterbatasan permodalan yang dimiliki koperasi menjadi problem sehingga banyak petani dan pengepul yang selama 3 periode manisan belum dibayar produknya. Sisi lain mitra koperasi yaitu P3R mengalami kendala pada keterbatasan modal dikarenakan pada waktu pengiriman dan pemasaran menunggu jeda 1 bulan pembayaran dari buyer (eksportir). Menumpuknya produk dan sudah habisnya permodalan untuk membayar produk gula semut menjadi pelajaran yang menarik supaya ke depan Koperasi dapat melakukan perencanaan bisnisnya dengan baik. Untuk ketergantungan dengan 1 pintu pemasaran juga berdampak pada kondisi tersebut, maka perlu adanya buyer alternatif untuk melakukan pemasaran produk gula semut. Pada bulan Juni, koperasi Nira Satria telah menerima tes order sebanyak 5 ton. Dengan order tersebut pengurus koperasi melakukan rumusan harga yang ditawarkan dan telah disepakati oleh pengurus berdasarkan hasil negosiasi dengan buyer disepakati harga Rp. 19.000,- FOB di atas trusk di Purwokerto dan buyer memberikan DP sebesar 50 %. Dengan adanya DP dari buyer telah memberikan solusi untuk melakukan pembayaran gula semut ke petani, yang tadinya petani akan melakukan stop produksi gula semut, sekarang sudah mulai berproduksi lagi. Kedepan harapannya ada order rutin dari buyer sebanyak 20 ton per bulan, hanya saja perlu ada perencanaan produksi dan permodalan di tingkat koperasi Nira Satria agar target yang diminta buyer dapat terpenuhi.
Memulai Usaha Gula Kelapa di Koperasi Nira Perwira
Perjalanan kegiatan program di Purbalingga telah memasuki penguatan dan legalisasi Koperasi yang telah dibentuk. Pengalihan usaha gula semut yang tadinya dikelola oleh setiap kelompok, pada bulan Juni sudah dilakukan oleh Koperasi Nira Perwira. Untuk itu perlunya penyusunan perencanaan bisnis koperasi Nira Perwira. Melalui perencanaan bisnisnya koperasi juga sudah menerapkan model tabungan Rp. 2000,- per kg dan sudah terhimpun selam bulan Juni. Dampak dari penerapan tabungan memang berdampak pada penurunan produksi gula semut yang tadinya per bulan mencapai 3,5 ton sekarang tinggal 2 ton. Tetapi program tabungan koperasi akan terus dilakukan sosialisasi di tingkat desa agar anggota koperasi Nira Perwira terus bertambah. Untuk legalisasi koperasi Nira Perwira sudah memasuki tahapan verifikasi dokumen oleh Dinperindagkop Kabupaten Purbalingga.
Perkembangan Wilayah Kabupaten Purbalingga
Bulan Juni lebih banyak bergerak di penguatan kelembagaan, usaha gula juga sudah dilakukan oleh koperasi Nira Perwira. Bulan Juni juga sudah menerapkan tabungan Rp 2.000,- per kg dan sudah terkumpul sebanyak 4 juta (3,3 juta) yang dilakukan oleh 54 orang produsen. Pada awalnya produsen menganggap bahwa tabungan adalah potongan sehingga berdampak pada penurunan produksi sebanyak 35 % yaitu kapasitas produksinya pada bulan Juni sebanyak 2 ton.
1. Rapat pembentukan koperasi pada tanggal 11 Juni 2013
2. Pengurusan syarat-syarat legalisasi dan sudah masuk ke Dinperindagkop dan tinggal menunggu rekomendasi minggu depan.
3. Sosialisasi tentang tabungan Rp 2.000,- per kg (merubah kata potongan menjadi tabungan) harga pembelian Rp 10.500,- dari harga Rp 12.500,-
4. Pemilihan produsen yang akan mendapatkan dapur sehat dilihat dengan keaktifannya dalam program koperasi.
5. Penyusunan bisnis plan sampai Desember 2013, proyeksi produksi untuk melakukan manajemen produksi.
6. Membangun kesepakatan dengan P3R sesuai dengan bisnis plan yang sudah disusun
7. Gula sudah mulai disimpan di kantor secretariat dan penyediaan peralatan penimbangan
8. Grade A sebanyak 1,5 ton dan B sebanyak 234 kg, basah sebanyak 44 kg
9. Keuntungan bersih koperasi Nira Perwira sebesar Rp. 1.014.000,-
10. Kader yang aktif di koperasi sebanyak 6 orang.
Kendala dan tantangan
1. Pengurus mayoritas penderes, melakukan aktivitas di koperasi lebih banyak. Pengurus inti tidak ada yang memiliki motor tetapi semangatnya cukup bagus seperti keinginan sekolah lagi melalui kejar paket.
2. Agenda lanjutan membahas ART, Askom dan Konsep Koperasi (TA Kelembagaan)
Perkembangan Wilayah Kabupaten Banjarnegara
1. Terdapat beberapa alternatif kontrakan rumah untuk tempat sekretariat dan gudang
2. Produksi gula semut sebanyak 5 ton dari 80 orang produsen
3. Perdagangan masih dikelola di tingkat kelompok
4. Penyusunan bisnis plan disesuaikan dengan negosiasi dengan P3R
5. Rencana pengalihan usaha perdagangan gula semut dari kelompok ke Koperasi Nira Kamukten
6. Tahapan legalitas koperasi masih tahap revisi AD/ART
Rekomendasi, perlunya mengaktifkan fungsi Technical Assistance (TA) yaitu penyusunan rencana Technical Assistance Pendamping dan Pengurus Koperasi.