LPPSLH - Lembaga Penelitian dan Pengembangan Sumberdaya dan Lingkungan Hidup

Cerita Lapangan : Pendaftaran Sertifikasi Gula Organik Desa Pasinggangan #guladiatasbukit

WhatsApp-Image-2020-04-27-at-9.56.45-AM-1

Beberapa minggu sebelum diberlakukannya work from home, program Pedesaan LPPSLH sedang melakukan rangkaian kegiatan sertifikasi organik di wilayah baru yaitu Desa Pasinggangan. Namun, proses pendaftaran sertifikasi organik di wilayah Pasinggangan saat ini terpaksa harus berhenti sementara hingga waktu yang memungkinkan, sebagai bentuk pencegahan penyebaran virus COVID-19 yang sedang melanda di berbagai wilayah di dunia termasuk di Indonesia. Tercatat kurang lebih sudah 100 petani gula kelapa desa Pasinggangan yang sudah terdaftar.

Terlepas dari masalah tersebut ada banyak hal menarik selama proses sertifikasi organik di desa Pasinggangan. Kenapa hal tersebut dianggap menarik? karena dari kegiatan tersebut kita dapat melihat proses awal dari seluruh rangkaian kegiatan sertifikasi organik. Tercatat sudah dilakukan beberapa rangkaian kegiatan yakni mulai dari kegiatan pendampingan petani, pembentukan ICS, sosialisasi sertifikasi organik gula semut, pelatihan pra koperasi hingga pada awal Maret mulai dilakukan proses pendaftaran petani gula kelapa di wilayah Pasinggangan Banyumas. Dalam proses pendaftaran ini kami didampingi oleh Pak Rasum selaku ketua koperasi yang sudah dibentuk sebelumnya. Target yang dibutuhkan untuk sertifikasi desa Pasinggangan adalah 200 petani gula kelapa.

Setiap wilayah memiliki keunikannya masing-masing. Sangat berbeda dengan wilayah sertifikasi organik sebelumnya yang notabennya merupakan daerah pesisir pantai. Disini dapat kita sadari bahwa letak geografis suatu wilayah berpengaruh terhadap masalah dan potensi yang akan dihadapi. Desa Pasinggangan terletak di daerah pegunungan dan perbukitan, sangat terasa perbedaan dari proses sertifikasi sebelumnya dengan yang sedang dilakukan saat ini. Karena kondisi geografis tersebut membuat proses sertifikasi di wilayah Pasinggangan minim dilakukan dengan kendaraan bermotor, kami lebih sering berjalan kaki dalam prosesnya. Dan jarak antara satu rumah petani ke petani yang lain tidak mudah dilalui, kami harus melewati jalanan tanah dan mendaki, apalagi dimusim seperti ini yang seringkali tiba-tiba hujan dan membuat jalanan semakin licin. Selain itu rimbunnya pepohonan dan letak rumah yang sulit dijelaskan membuat kami tidak bisa dipisah menjadi beberapa tim, karena akan rawan tersesat.

Dalam proses sertifikasi organik ini kami dibagi menjadi dua tim. Hal tersebut membuat proses sertifikasi sedikit lambat karena dalam sehari maksimal hanya mendapatkan sekitar 10-15 petani saja. Masalah yang terjadi dilapanganpun berbeda dengan sertifikasi sebelumnya. Di Pasinggangan masalah yang sering kali ditemui adalah masifnya penggunaan obat penyemprot hama pada tanaman durian di sekitar lahan. Kondisi geografis yang bagus untuk tanaman keras serta keuntungan hasilkan kebun musiman yang cukup tinggi mengakibatkan beberapa petani memberi perlakuan khusus pada tanamannya, contohnya pada pohon durian. Mayoritas petani di desa Pasinggangan memiliki pohon durian di sekitar lahan mereka dengan perlakuan yang cukup beragam pada tiap petani. Kemudian dari catatan terakhir diketahui bahwa tingkat penggunaan obat gula (metabisulfit) cukup tinggi pada beberapa petani yang diakibatkan perubahan cuaca yang sedang tidak menentu. Kemudian, adanya industri rumahan yang memproduksi getuk goreng di wilayah Pasinggangan membuat beberapa petani sudah bergantung untuk menyalurkan hasil gula mereka ke pengepul penjual getuk tersebut. Menurut keterangan Pak Rasum dan beberapa petani yang sudah kami data, mereka cenderung sudah merasa nyaman dengan menjual gula mereka ke pembuat getuk tersebut.

Dari beberapa hal diatas menjadi suatu tantangan baru untuk merubah budaya/kebiasaan masyarakat menuju pertanian organik. Sarana yang tepat bagi kami untuk terus belajar memahami kondisi pada setiap lokasi yang berbeda, hingga menjadi Profesional dalam melakukan pemberdayaan masyarakat. Dinamika yang berbeda pada tiap wilayah itulah yang membuat sebuah proses sertifikasi menjadi menarik. Baik dari kondisi geografis, masyarakat, potensi, kendala yang ada di masyarakat akan berbeda di tiap wilayah. Hal tersebut membuat kami banyak belajar dan merupakan sebuah tantangan baru yang harus kami hadapi dengan penyelesaian yang berbeda-beda pula.

klik disini Organic coconut Sugar Partner

Klik disini LSM Memberdayakan Petani Gula Kelapa

0 Komentar

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

Situs ini menggunakan Akismet untuk mengurangi spam. Pelajari bagaimana data komentar Anda diproses.

Informasi Lainnya