Makna Sesaji – Dalam berbagai upacara tradisi budaya Jawa pastilah ada sesaji. Dalam sesaji tersebut ada yang disebut Cok Bakal. Cok bakal bermakna “cikal bakaling urip dumadining jagat sakalir, elingo marang Purwa Duksina Jantraning Gesang” –asal mula kehidupan terjadinya seluruh isi alam semesta, mengingatkan pada awal dan akhir perjalanan hidup. Mengawali Wedaring ilmu sangkan paran, guru sepiritual di Jawa biasanya melantunkan kalimat tadi. Cok bakal merupakan sesaji inti dari budaya masyarakat Jawa. Dan mengungkap cok bakal sama denggan mengungkap isi alam semesta: atau ilmu sangkan paran itu sendiri.
Berasal dari pengertian cikal bakal, yaitu permulaan adanya manusia dan kawitan. Jasat manusia terdiri dari lima unsur alam.
Dalam setiap upacara, sejak jaman dulu, orang Jawa tidak pernah meninggalkan rerangken sesaji, yang disebut cok bakal. Misalnya, upacara hajat menantu, tetakan/raja swala, mendirikan rumah, nyadran/leluhur, memetik padi, bedah bumi, membuat sumur, ngruak karang/nduduk pondasi, dll.
Makna Filosofis
- Terbuat dari pohon pisang rangkap dua, membentuk segi empat, ditusuk dengan sada/biting dengan arah berlawanan, bersudut empat penjuru, membentuk sebuah takir/wadah tanpa tutup.
- Daun pisang rangkap dua – lapisaning gesang, dasaring urip
- Segi empat – jagad kang gumelar membentuk keblat empat
- Dua sada/biting berlawanan – hidup ini selalu diliputi rwabhineda, dua unsure yang saling berlawanan , namun saling mendukung dan melengkapi; misalnya siang malam, pria wanita, besar kecil dsb.
- Takir/wadah – simbol planet bumi, tempat menampung perwujudan benda-benda sekala (imanen)
- Takir/wadah tanpa tutup – simbol langit tnpa batas/tanpa tepi (transenden).
- Isi Cok Bakal
- Teri – ikan kecil, mewakili mahluk hidup di dalam air
- Empon-empon (kunyit, kencur, jahe) – simbol tanaman yang berbuahnya ada di dalam bumi (umbi-umbian)
- Biji-bijian (merica, pala, ketumbal, kacang, kedelai, dsb.) – simbol tanaman yang berbuahnya di daratan.
- Keluwek, kemiri – simbol tanaman yang berbuahnya di atas/udara.
- Kelapa satu iris/sawawar/cikalan – sudah diwawar dan diakal atau diatur
- Lombok, garam, gula, dsb – simbol sad rasa
Dalam kehidupan ini selalu ada rasa pedas, asin, pahit, manis masam dan gurih. Dan manusia tak mungkin terlepas dari suka dan duka.
- Badeg – simbol kegelapan, nafsu dan emosi
- Kaca, suri – simbol bahwa dalam kehidupan ini ada yang ditata dan menata agar rapi, indah dan harmonis.
- Gedang – gedhe kang ginadang, besar cita-cita
- Tebu – aruming kalbu, mantap pendirian (tidak mudah goyah)
- Bunga – aruming gandha rasa, tulusnya kehendak
- Gantal/kinangan – simbol wisesaning Hyang Tri Murti (Brahma – Wisnu – Siwa) yang ngresepi jagad sakalir.
- Telur ayam – bebakalaning urip itu ada, namun masih terbungkus dalam cangkang triloka
- Uang/kepeng – menebus segala kekurangan
- Beras – simbol Dewi Sri, kemakmuran, sandang pangan
Demikian makna filosofis cok bakal, sebagai penggambaran kelengkapan dan “miniaturnya” alam semesta, dipersembahkan kepada Sang Penguasa Alam, yang disebut Purwaning Jagad, cikal bakaling ana, ya Sangkan Paraning Dumadi.
Oleh:
KRAT. Sutrimo RB, SE., MM
0 Komentar