LPPSLH - Lembaga Penelitian dan Pengembangan Sumberdaya dan Lingkungan Hidup

Pemahaman Yang Buruk Terhadap Agama Membuat Kita Mudah Tersinggung

IMG_20170912_122306

Pemahaman Yang Buruk Terhadap Agama Membuat Kita Mudah “Tersinggung” – Mengimani satu ajaran agama bukanlah suatu hal yang mudah. Karena banyak orang yang beragama namun tetap saja kesenjangan masih sering kita jumpai, karena mereka yang beragama belum tentu beriman.

Pemahaman Yang Buruk Terhadap Agama Membuat Kita Mudah Tersinggung

Ahmad Tohari dalam orasi keberagaman agama di Indonesia

Hari ini, 12 September 2017. LPPSLH bersama dengan Satunama dan segenap CSO dari Program Peduli menyelenggarakan Partners Meeting mewujudkan Inklusi Sosial yang bertempat di Hotel Santika Purwokerto. Acara ini juga dihadiri oleh perwakilan dari masyarakat dampingan yang tak lain adalah masyarakat penganut aliran kepercayaan. Karena dalam Program Peduli kali ini, kita mengangkat isu mengenai inklusi sosial dan diskriminasi yang masih terjadi pada penganut aliran kepercayaan di Indonesia.

Ya, Indonesia ini penuh dengan keberagaman inklusi sosial, seperti disebutkan oleh Ahmad Tohari, seorang sastrawan dan budayawan dari Banyumas. Bahkan tak perlu melihat seluruh Indonesia, karena Banyumas yang tak lain adalah sebuah kabupaten pun sudah memiliki banyak keberagaman.

Kabupaten Banyumas terletak di bagian barat-selatan wilayah Provinsi Jawa Tengah, dan Purwokerto adalah ibukota kabupaten ini. Pada masa lalu wilayah Banyumas yang dulu meliputi 4 kabupaten yaitu Banyumas sendiri, Purbalingga, Banjarnegara dan Cilacap (Eks Karesidenan Banyumas) berada di bawah kekuasaan kerajaan Majapahit yang berpusat di Jawa Timur itu. Kemudian berturut-turut wilayah Banyumas dikuasai oleh Kerajaan Demak, Pajang, dan Mataram. Setelah Kerajaan Mataram pecah menjadi dua, Banyumas menjadi bagian wilayah kekuasaan Kasunanan Surakarta hingga tahun 1830. Setelah Itu Banyumas dikuasai langsung oleh pemerintah kolonial Belanda hingga Indonesia merdeka pada tahun 1945.

Dalam catatan sejarah pada abad ke-4 Masehi sudah muncul sebuah kerajaan di Jawa Tengah. Agama Budha dan Hindhu saat itu sudah masuk ke Pulau Jawa, tetapi kepercayaan lokal tetap bertahan. Jadi,  orang Jawa saat itu menganut agama campuran antara Budha, Hindu dan kepercayaan lokal. Dan melihat peninggalan candi-candi di Jawa Tengah, ternyata yang terbesar adalah candi Budha yaitu Borobudur. Dengan demikian bisa disimpulkan pada masa lalu orang di Jawa  lebih banyak yang menganut agama Budha daripada lainnya. Pada abad ke-12 atau dekat sebelumnya agama Islam masuk. Dan sejak abad ke-18 Islam  menjadi agama terbanyak penganutnya  di Pulau Jawa bahkan di Nusantara. Sesudah itu agama Kristen juga masuk bersama datangnya orang-orang Eropa. Saat ini di Banyumas terdapat semua penganut agama yang ada (Islam, Kristiani, Budha, Hindhu, Konghucu, dan Kepercayaan lokal). Mereka hidup dengan toleransi yang baik.

Pemahaman Yang Buruk Terhadap Agama Membuat Kita Mudah “Tersinggung” “Kita semua sebenarnya adalah seorang penganut aliran kepercayaan, yaitu kepercayaan terhadap Tuhan Yang Maha Esa.” Begitulah Ahmad Tohari mengungkapkan mengenai inti dari kepercayaan yang menjadi dasar iman setiap manusia. Namun tak semua orang dapat memahami agama dan menjadikannya sebagai dasar iman yang benar-benar kuat. Banyak orang mudah “tersinggung” dan sulit bertoleransi terhadap perbedaan, apalagi perbedaan agama.

Padahal pada kenyataannya, Rosulluloh SAW pun memiliki paman yang hingga akhir hayatnya tidak mau memeluk agama Islam. Dan Rosul bertoleransi akan hal itu, beliau tidak memaksakan agama pada pamannya, dan saat sang paman meninggal, Rosul sangat bersedih. Lantas, kenapa kita yang hanya manusia biasa ini bisa menghujat, dan memaksakan kehendak pada manusia lain?

0 Komentar

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

Situs ini menggunakan Akismet untuk mengurangi spam. Pelajari bagaimana data komentar Anda diproses.

Informasi Lainnya