Sebuah Refleksi di Hari Lingkungan Hidup

Pemanasan Global (Global Warming)

Sebuah Refleksi di Hari Lingkungan Hidup. Setiap tanggal 5 Juni diperingati sebagai Hari Lingkungan Hidup Sedunia. Tema kali ini berhubungan dengan laut dan (bahaya akan tenggelamnya) pulau-pulau kecil sebagai dampak dari perubahan iklim. Persoalan lingkungan hidup banyak dilihat sebagai sebuah dampak dari tindakan yang dilakukan. Akan tenggelamnya pulau-pulau kecil itu sebagai dampak dari pemanasan global. Tentu saja persoalan tidak selesai pada kata pemanasan global. Dalam melakukan “kajian dampak” maka kita harus melihatnya lebih jauh dan lebih dalam.
Pemanasan global tidak diciptakan oleh hanya “seorang” manusia dan karenanya bukanlah kesalahan “seorang” manusia. Pemanasan global adalah sebuah akibat dari “sekumpulan” manusia yang mempunyai “kuasa” dan membangun suatu “sistem” yang memungkinkan terjadinya pemanasan global.

Pemanasan Global (Global Warming)

Pemanasan Global (Global Warming)

Industri besar yang eksploitatif yang dijalankan oleh orang-orang “super kaya” dan bersekutu dengan para penguasa adalah sebab musabab lahirnya kerusakan di muka bumi ini. Betapa tidak, eksploitasi tambang besar-besaran yang digunakan untuk “membangkitkan” industri skala besar yang menguasai dunia dengan produk-produknya menghasilkan daya cemar yang besar bagi bumi yang hanya satu ini. Dampaknya bumi manusia ini tak mampu menampung beban yang ada.
Sudah itu, dengan keuntungan yang dimiliki perusahaan itu, maka mereka akan melakukan ekspansi atau memperluas wilayah kerjanya hingga sebagian besar dari bumi ini isinya adalah eksploitasi untuk kepentingan ekonomi – yang kaya tambah kaya yang miskin semakin senjang dengan yang kaya. Tak hanya itu, ekspansi yang kadang dilakukan hanya di atas meja dan tinggal menunjuk peta di mana akan dilakukan eksploitasi akan menyingkirkan manusia dari tanah yang mereka miliki. Hasilnya, konflik sumber daya alam dan agraria terjadi di mana-mana. Dan kita tahu siapa yang paling dirugikan. Si penguasa ekonomi sama sekali tidak dirugikan meski mereka diprotes oleh manusia yang tersingkir dari tanahnya. Mereka hanya kehilangan sedikit keuntungannya untuk “menyewa” para penguasa yang memiliki otoritas untuk melakukan kekerasan terhadap warganya. Dan setelah manusia pemrotes tersebut tersingkir maka eksploitasi atas alam kembali dilakukan dan keuntungan kembali di raih.
Begitulah isi dunia kita sekarang….
Lantas? Apakah kita akan membiarkan ini terjadi begitu saja?

Tinggalkan Balasan

Your email address will not be published. Required fields are marked *

Post comment